INDEX 2010: “Indonesia-USA Deep-Sea Exploration of the Sangihe Talaud Region”

Recana Misi

by Jeremy Potter, Expedition Coordinator, NOAA Office of Ocean Exploration and Research

[ Available in English ]

INDEX 2010: "Eksplorasi Laut Dalam Indonesia-USA Daerah Sangihe Talaud". Ekspedisi yang unik ini adalah salah satu daerah biologis laut yang paling majemuk di dunia.

INDEX 2010: "Eksplorasi Laut Dalam Indonesia-USA Daerah Sangihe Talaud". Ekspedisi yang unik ini adalah salah satu daerah biologis laut yang paling majemuk di dunia. Gambar milik NOAA Office of Ocean Exploration and Research, INDEX-SATAL 2010. Download foto resolusi tinggi (jpg, 180 KB).

Ikhtisar

INDEKS-SATAL 2010 akan menjadi event pertama dalam serangkaian kerja sama Indonesia-AS. Ekspedisi untuk mengeksplorasi laut, dan membantu meningkatkan pengetahuan kita, penggunaan dan perlindungan laut serta sumber dayanya. Kerja sama ekspedisi tahun ini akan diadakan dengan menggunakan dua kapal yakni Kapal dari NOAA Okeanos Explorer dan kapal riset Indonesia, Baruna Jaya IV.

 

Pendekatan Eksplorasi

Bulan Juni hingga Agustus 2010, sekelompok ilmuwan dan teknisi internasional baik dikapal dan dipantai akan melakukan penyelidikan eksplorasi pada keragaman dan distribusi habitat laut dalam dan kehidupan laut di perairan Indonesia. Mereka akan fokus pada aspek air dan lingkungan laut yang belum terjamah melalui ekspedisi yang disebut INDEX SATAL – singkatan dari Indonesia Expedition – Sangihe-Talaud - dua rantai pulau yang membentang di timur laut Sulawesi Utara.

Selama ekspedisi ini berlangsung, ilmuwan Amerika Serikat dan Indonesia akan bekerja berdampingan di atas dua kapal, yakni Okeanos Explorer dan Kapal riset Indonesia, Baruna Jaya IV, dan pada Exploration Command Centres ( ECCs ) atau Pusat Kendali Ekspedisi didarat.

Mulai tanggal 24 bulan Juni, ilmuwan dan teknisi di kapal NOAA Okeanos Explorer akan membuat peta batimetri dari dasar laut dengan menggunakan sonar multibeam, mencirikan kolom air dengan CTD/rosette, dan menggali habitat dasar laut dengan menggunakan Hercules Little ("Little Herc") yakni kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh, remotely – operated vehicle (ROV). Kapal penelitian Indonesia Baruna Jaya IV akan bergabung dengan Okeanos Explorer dimulai pada tanggal 14 Juli, dan akan menggunakan alat pelengkap untuk memetakan dasar laut dan menggunakan teknik sampling tradisional untuk mengumpulkan sampel biologi dan anorganik. Okeanos Exporer tidak memiliki kemampuan sampling oleh karena itu maka peran Baruna Jaya IV dengan kemampuan mengambil sampling menjadikan kedua kapal riset ini saling mendukung . Ekspedisi ini dijadwalkan di Sulawesi Utara, Indonesia pada 20 Juli hingga 10 Agustus 2010.

"Sebelum dan sesudah" ini memberikan sekilas citra dari kemampuan EM302 <em>Okeanos Explorer</em> dalam melakukan pemetaan sistem di air dalam. Gambar atas menunjukkan apa yang kita tahu sebelumnya tentang daerah dasar laut di wilayah selatan daerah Mariana dari data altimetri satelit. Gambar bawah meliputi overlay dari informasi yang diberikan oleh sistem multibeam EM302. <em>Okeanos Explorer</em> akan fokus pada pemetaan perairan yang lebih dalam dari 2000m selama ekspedisi, sementara <em>Baruna Jaya IV</em> akan mengumpulkan data multibeam lebih dari kedalaman 2000m - rating maksimum dari sistem multibeam nya.

"Sebelum dan sesudah" ini memberikan sekilas citra dari kemampuan EM302 Okeanos Explorer dalam melakukan pemetaan sistem di air dalam. Gambar atas menunjukkan apa yang kita tahu sebelumnya tentang daerah dasar laut di wilayah selatan daerah Mariana dari data altimetri satelit. Gambar bawah meliputi overlay dari informasi yang diberikan oleh sistem multibeam EM302. Okeanos Explorer akan fokus pada pemetaan perairan yang lebih dalam dari 2000m selama ekspedisi, sementara Baruna Jaya IV akan mengumpulkan data multibeam lebih dari kedalaman 2000m - rating maksimum dari sistem multibeam nya. Gambar milik NOAA Office of Ocean Exploration and Research, INDEX-SATAL 2010. Download foto resolusi tinggi (jpg, 867 KB).

 

Selama ekspedisi, ilmuwan AS dan Indonesia bekerja bahu-membahu di atas dua kapal, <em>Okeanos</em> <em>Explorer </em>dan kapal penelitian Indonesia <em>Baruna Jaya IV,</em> dan di Pusat Komando Eksplorasi (ECC) di darat.

Selama ekspedisi, ilmuwan AS dan Indonesia bekerja bahu-membahu di atas dua kapal, Okeanos Explorer dan kapal penelitian Indonesia Baruna Jaya IV, dan di Pusat Komando Eksplorasi (ECC) di darat. Gambar milik NOAA Office of Ocean Exploration and Research, INDEX-SATAL 2010. Download foto resolusi tinggi (jpg, 1.1 MB).

 

Rencana Teknologi dan Ilmu Pengetahuan

Okeanos Explorer, kapal NOAA, adalah salah satu tambahan armada baru NOAA dan telah mulai bertugas sejak tahun 2008. Kapal ini menampung lebih dari 46 awak dan teknisi, dan dengan kemampuan alat-alat komunikasi canggih, sebagian besar ilmuwan dapat bekerja di darat. Melalui telepresence, gambar yang diambil langsung dari dasar laut dan data ilmu pengetahuan lainnya akan mengalir dari satelit dan jalur internet berkecepatan tinggi. Semua gambar hidup ini dapat diamati oleh para ilmuwan di Pusat Komeando Ekspedisi atau Expedition Command Center yang berlokasi dikantor Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) di Ancol, Jakarta, Indonesia dan juga dapat diamati di Seattle, Washington. Para ilmuwan dapat langsung berhubungan dengan rekan mereka diatas kapal jika didapati penemuan baru dilaut. Kemampuan tekhologi ini membuat para ilmuwan seolah-olah berada didalam laut.

<em>Little Hercules</em> kendaraan yang dioperasikan jarak jauh, Remotely – Operated Vehicle (ROV) adalah sistem yang mampu beroperasi hingga kedalaman 4000m. Hal ini dikerahkan oleh Explorer Okeanos. Satu kendaraan / sarana dihentikan di atas yang lain dan berguna untuk menerangi dan menangkap gambar di sekitarnya.

Little Hercules kendaraan yang dioperasikan jarak jauh, Remotely – Operated Vehicle (ROV) adalah sistem yang mampu beroperasi hingga kedalaman 4000m. Hal ini dikerahkan oleh Explorer Okeanos. Satu kendaraan / sarana dihentikan di atas yang lain dan berguna untuk menerangi dan menangkap gambar di sekitarnya. Gambar milik NOAA Office of Ocean Exploration and Research, INDEX-SATAL 2010. Download foto resolusi tinggi (jpg, 592 KB).

Salah satu keunggulan teknologi ekspedisi ini adalah tayangan gambar hidup dengan resolusi tinggi atau video high-definition yang diperoleh dari Little Hercules ROV. Ketika dilepas dari Okeanos Explorer "Little Herc" akan menyediakan cuplikan-cuplikan video perdana dari wilayah daerah laut Sangihe Talaud kepada para ilmuwan dan pemirsa didarat. Gambar spektakuler dari habitat laut dalam dapat kita saksikan langsung melalui layar kaca yang ditempatkan di Pusat Kendali Ekspedisi.

Kapal penelitian Indonesia, Baruna Jaya IV adalah salah satu kapal terbaru yang dioperasikan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kapal ini dapat menampung 59 kru, teknisi, dan ilmuwan. Meskipun teknologi tayang jarak jauh tidak tersedia pada Baruna Jaya IV, namun khusus untuk ekspedisi ini BJ IV telah melengkapi dirinya dengan kemampuan ini sehingga mereka dapat berkomunikasi langsung (live) dengan Jakarta, Seattle dan kapal mitra kerjanya Okenos Eksplorer.

Selama operasi awal dekat Guam, ilmuwan Indonesia Dr Michael Purwoadi membuat satu 'panggilan' menggunakan TelePresence dari NOAA Kapal <em>Okeanos Explorer</em> kepada rekan-rekan di Jakarta pada saat berdirinya Eksplorasi Command Center digedung Badan Riset Kelautan dan Perikanan di Ancol Jakarta.

Selama operasi awal dekat Guam, ilmuwan Indonesia Dr Michael Purwoadi membuat satu 'panggilan' menggunakan TelePresence dari NOAA Kapal Okeanos Explorer kepada rekan-rekan di Jakarta pada saat berdirinya Eksplorasi Command Center digedung Badan Riset Kelautan dan Perikanan di Ancol Jakarta. Gambar milik NOAA Office of Ocean Exploration and Research, INDEX-SATAL 2010. Download foto resolusi tinggi (jpg, 964 KB).

Ekspedisi Laut Dalam yang pertama kali dilakukan ini cukup rumit. Apalagi jika hanya dilaksanakan oleh sebuah kapa riset. Oleh karena itu peran kedua kapal ini serta oara ilmuwan dan awak yang menjalankan ekspedisi ini akan sangat memudahan pencapaian misi ekspedisi ini. Kedua pihak akan berkomunikasi langsung setidaknya 14 jam per hari selama ekspedisi berlangsung. Diharapkan ekspedisi perdana yang khas dan istimewa ini akan menyempurnakan paradigma ilmiah tentang laut dalam khususnya sekaligus meningkatkan pemahaman dan penghargaan kita terhadap laut kita.

 

Pendidikan dan Sosialisasi

Ekspedisi ini bersifat ilmiah, maka dari itu maka sangat penting agar para pendidik dan kalangan akademis turut mensosialisasikan ekspedisi ini terutama pada kalangan muda. Ekspedisi ini dapat dijadikan pembelajaran bagi pelajar dan mahasiswa kedua negara serta kesempatan ikut berpetualang bersama kedua kapal riset ini melalui ruang belajar jarak jauh. Para pelajar dan mahasiswa dapat ikut serta membuat karya ilmiah yang dapat ditayangkan pada website ekspedisi ini. Karya ilmiah ini dapat dibuat dari berbagai pandangan tentang laut baik dari segi manfaat maupun tantangannya.

 

Kemitraan

Ekspedisi ini adalah kemitraan antara dua negara besar di Pasifik yaitu Indonesia dan AS dan menggandengn dua instansi kementerian yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dan Kementerian NOAA Amerika Seriikat. Instansi lain yang juga sangat erat terlibat adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kedutaan Besar AS di Jakarta, University of Massachusetts, Woods Hole Oceanographic Institution, University of Victoria, University of Hawaii, Exploratorium di San Francisco dan Sea World Indonesia.